Pagi ini aku berangkat ngajar di salah satu tempat bimbel di kota Padang. Tempatnya cukup jauh dari Wisma, jadi kurasa ga berlebihan jika memakai jasa Gojek. Kabar angin yang beredar sih katanya Gojek nggak boleh masuk gang-gang karena itu merupakan wilayahnya Ojek. Jadi Gojek hanya bisa menaikkan penumpang di jalan raya aja. Well, itu katanya. Dan kamu tahu akulah, kalau belum ngebuktiin sendiri tuh rasanya gimanaa gitu.
Ya udah, aku pesan Gojek dan minta dia masuk ke gang alamat wismaku. Pas udah nyampe, baru aja mau ngegas, eh tetiba ada abang Ojek yang datang mendekat. Tak lupa dengan tampang yang sedikit kurang bersahabat. Awalnya cuman satu, terus datang satu lagi. Aku panik dong, takut mereka berantem atau apa gitu kan. Karena kudengar juga, Ojek dan Gojek sering bentrok akhir-akhir ini karena rebutan penumpang.
Akhirnya aku disuruh turun dulu, ditanya mau ke mana. Akupun bingung, ini baru ketiga kalinya aku ke tempat bimbel itu, karena emang posisiku cuma ngegantiin guru yang berhalangan aja. Apalagi katanya orang dengan golongan darah A cenderung lebih susah ngafal jalan. Itulah aku. Huhuu.
Akhirnya jujur menjadi satu-satunya pilihan. Kubilang aja kalau sejujurnya aku ga tahu persisnya dimana tempatnya. Nah, abang Ojek itu kebingungan juga akhirnya kan. Sesekali kulirik abang Gojek, dia udah pasrah. Tampangnya seolah bilang gini "Ya udah bang, aku ngalah aja. Kalau mau rebut penumpangku ya monggo." Gitu. Akhirnya aku naik Ojek dulu ke jalan raya, habis itu baru naik Gojek. Yup! Jadinya terpaksa bayar dua kali. Rempong kan?
Itu baru kronologis ceritanya. Selanjutnya yuk kita preteli kejadian ini lebih dalam. Aku pribadi sih ngelihatnya ada tiga sudut pandang. Pertama aku sebagai penumpang, kedua aku sebagai abang Gojek, ketiga aku sebagai abang Ojek.
Aku sebagai penumpang. Gimana rasanya? Ya elah, pake nanya bos. Ya udah pasti kezell lah. Mana pake acara di hadang pula. Udah macam tersangka maling ayam aja kita. Haha. Perasaan lain yang aku rasa pastinya takut dan khawatir. Bisa bayangin kan saat ada dua orang didekatmu yang adu mulut karena kamu. Iya, secara ga langsung kan itu karena aku ya. Karena mereka rebutan penumpang lebih tepatnya. Gimana jadinya kalau mereka saling adu jotos. Kan berabe! Terakhir, aku sebagai penumpang juga ngerasa dirugiin. Karena mesti dua kali bayar. Harus pake Ojek dulu baru bisa pake Gojek. Duhh.. ribet! Sementara sejatinya, aku sebagai penumpang punya hak kan mau milih yang mana. Jika pelayanan Gojek memang lebih baik, otomatis aku lebih milih Gojek. Begitu juga sebaliknya. Kurasa semua penumpang juga berpikiran sama.
Aku sebagai abang Gojek. Duh, ngerasa miris aja. Kita kan sama-sama cari nafkah ya. Dan rezeki itu Allah yang ngatur. Jika penumpang pengen make Gojek ya berarti itu rezekinya Gojek. Lagian bukankah tujuan keduanya sama; melayani penumpang dan mengantar mereka ke tempat tujuan dengan selamat. Kami juga ga pernah maksa mereka buat makai jasa Gojek, tapi mereka sendiri yang memilih. Itu artinya, ada sesuatu yang lebih yang kami tawarkan. Keramahan pada penumpang misalnya, keefektifan mencari alamat misalnya, atau kesesuaian tarif. Harusnya bukan malah berseteru, Ojek harusnya meniru hal-hal baik yang kami tawarkan dan bersikap dewasa. Toh, kalau jaraknya dekat penumpang juga bakal naik Ojek kok, kalau jauh aja mereka lebih sering milih Gojek. Dan sekali lagi, itu kan hak penumpang dan juga rezeki masing-masing. Jadi ga perlu pake pencegalan kayak gini, seolah kami para Gojek ini telah melakukan penyelewengan atau apa gitu kesannya. Kami hanya berdoa mudah-mudahan suatu hari nanti hubungan Ojek dan Gojek bisa membaik, karena kita saudara kan sebenarnya.
Aku sebagai abang Ojek. Aku tahu sebagian besar orang yang melihat fenomena ini lebih cenderung berpikir bahwa kami para Ojek inilah yang jahat. Kami sok berkuasa dan melarang Gojek masuk gang. Tapi coba lihat dari sisi kami juga. Toh kami tidak menghalangi Gojek di jalan raya kan. Kami hanya menghalangi masuk gang karena memang hanya itu peluang kami sekarang. Kita sama-sama sadar kan, kebanyakan masyarakat lebih memilih untuk menggunakan Gojek sekarang daripada Ojek. Jika kami juga membiarkan Gojek masuk ke gang, lantas darimana kami bisa mendapat penghasilan? Sementara kami juga butuh nafkah untuk menghidupi anak dan istri di rumah. Jadi kami berharap, semua pihak agar bisa bijaksana menyikapi peraturan yang telah disepakati ini, sehingga semua pihak tidak saling dirugikan.
Wokeeehh, balik lagi ke aku ya. Ini aku yang asli sekarang. Hehee. Jujur, aku lebih memilih Gojek itu karena pertama alamatnya jelas, terus tarifnya juga jelas, dan drivernya juga lebih ramah. Tapi untuk tujuan yang dekat seperti ke kampus misalnya, aku masih suka make Ojek kok, karena lebih praktis. Ketemu di jalan langsung tancap gas. Hahaa.
So, buat Gojek dan Ojek, akur-akur aja lah. Rezeki ga ke mana kok, kalau bersitegang mulu, ga cuma kalian yang rugi, kamipun juga rugi. Ketakutan, ga nyaman, dan jadi bayar dua kali.. Well, let's spread love and peace!! ✌